
Oleh : Helmi Ch. Ramadhan Lubis *)
Berdasarkan catatan Wikipedia
setidaknya ada 27 agama atau kepercayaan di dunia ini dengan jumlah penganut
yang relatif besar yakni : Alluk Todolo, Baha'i, Buddha, Druze, Hindu,
Islam, Jainisme, Kaharingan, Katholik, Kejawen, Konfusianisme, Kristen
Ortodoks, Marapu, Mitra, Mormonisme, Pantekosta, Parmalim, Protestan,
Raelianisme, Saintologi, Shinto, Sinkh, Taoisme, Tollotang, Yahudi dan
Zoroastrianisme, walaupun dalam perspektif Ilmu Perbandingan Agama,
agama-agama hanya diklasifikasikan menjadi agama Samawi (agama langit)
dan agama Ardhi (agama bumi).
Sebagian besar ajaran agama tersebut
berperan sebagai ideologi atau pandangan hidup bagi penganutnya. Motivasi awal
seseorang untuk mengikuti agama tersebut sedikit banyaknya karena ketertarikan
atas pemikiran sang tokoh pencetus. Yang dalam perjalanan selanjutnya terjadi
pergeseran motivasi khususnya bagi penganut-penganut baru, di mana motivasi
keberagamaannya berubah menjadi sekedar mengidolakan pesona pribadi sang tokoh.
Bahkan beberapa agama Ardhi (Buddha) dan agama Samawi (Yahudi dan Nasrani)
memiliki ajaran agama yang didominasi dengan doktrin berupa apresiasi yang
serius untuk menghormati pengorbanan Sidartha Gautama (pada agama Budha),
penindasan yang berkepanjangan terhadap Nabi Daud, Nabi Musa dan Bani Israil
oleh rezim Fir’aun (pada agama Yahudi) dan penyaliban Isa Al-Masih (pada agama
Nasrani). Beberapa agama lain (Hindu, Sinkh) juga ditemukan hal yang relatif
sama walalupun pelaku pengorbanan spiritualnya hanyalah tokoh-tokoh penerusnya.
Tak dipungkiri dalam ajaran Islampun
ditemukan beberapa aspek yang dapat dikategorikan sebagai spirit dan apresiasi
terhadap pengorbanan para nabi khususnya Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Nabi
Muhammad SAW. Ritual ibadah haji disandarkan pada hal yang telah dicontohkan
oleh Nabi Ibrahim, begitu juga dengan ritual qurban yang didasarkan melalui
pengorbanan yang dicontohkan oleh Nabi Ismail. Setidaknya semangat jihad,
hijrah dan kesabaran menghadapi tantangan da’wah merupakan contoh dari Nabi
Muhammad SAW.
Sebagaimana diketahui pasca wafatnya
para nabi dan penyebaran Islam diteruskan oleh para sahabat (termasuk Ali bin
Abi Thalib dan keluarganya). Terbentuknya Madzhab Syi’ah adalah bentuk
apresiasi atas pengorbanan keluarga nabi (Imam Hasan dan Imam Husain). Begitu
pula dengan misi kenabian yang dibawa oleh para khalifah sampai kepada para
wali yang keberadaan mereka terasa begitu dekat dengan kehidupan kita saat ini.
Jika dalam beberapa kesempatan Allah
SWT selalu mengiringi perintahnya dengan kalimat (1) “… sebagaimana telah
diperintahkan kepada orang-orang sebelum kamu” (2) “ … tidakkah kalian
mengambil pelajaran dari orang-orang sebelum kamu”, (3) “ … tidakkah kamu
melihat apa-apa yang telah menimpa orang-orang sebelum kamu”, maka hal ini
merupakan signal bahwa semua hal yang pernah terjadi di masa lalu cukuplah
menjadi catatan sejarah yang harus diambil i’tibar dan hikmahnya. Artinya semua
hal tersebut tidaklah menjadi hal yang istimewa karena sudah direncanakan
secara matang oleh Allah SWT. Tanpa bermaksud menisbikan pengorbanan para nabi,
keluarganya dan para wali, hal tersebut kiranya tidak perlu dibesar-besarkan.
Sehingga peran Islam sebagai “Al-Burhan (pembeda)” dapat berfungsi untuk
mendiferensiasi ajaran Islam dari ajaran Buddha, Yahudi dan Nasrani.
*) Penulis adalah
Ketua Yayasan IMSA Cendikia Balikpapan
0 komentar:
Posting Komentar